23 Februari 2009

Cerita Si Lumut Hijau

Alkisah, hiduplah seorang lumut. Ia menamai dirinya lumut hijau. Suatu ketika, ia bertemu dengan sebuah tembok yang kokoh. Tak lama kemudian, tembok memohon kepada lumut agar tinggal disana untuk menemani hidupnya. Kemudian lumut mengiyakan dengan suka cita, dengan harapan tembok dapat melindunginya dari segala badai yang menerpa.

Hari-hari bersama tembok ia lalui dengan bahagia. Tak jarang ada badai menerjang, tapi lumut tetap bertahan. Tetapi akhirnya, lumut menyadari bahwa tembok begitu angkuh. Tembok tampak begitu menguasainya. Lumut merasa tersiksa, tapi ia mencoba terus bertahan. Sampai akhirnya, datanglah jamur yang indah, yang juga ingin tinggal disisi tembok. Perasaan lumut mengatakan bahwa jamur yang terlihat indah itu sebenarnya sangat beracun. Entah kenapa ia begitu yakin… Tapi tembok sepertinya tidak menyadari.. Lumut sangat takut. Takut kehilangan pegangan.. Dan akhirnya, kekhawatirannya terjadi. Tak lama berselang, tembok mengusirnya dengan mengatakan : 

“Pergilah dari sini! Aku sudah tidak memerlukanmu lagi, lumut jelek! Aku sudah memiliki jamur yang indah! Kuharap kau menemukan tempat lain untuk bersandar!”.
Lumut begitu sedih… Ia bingung kemana harus pergi…
Lumut terombang-ambing di samudera yang luas, tanpa tempat untuk berpegangan. Hanya alga, ikan-ikan kecil, serta Tuhan Semesta Alam yang menemani setiap langkahnya.

Hari berganti hari… Minggu berganti minggu.. Bulan berganti bulan… Lumut hijau sudah tak sehijau dulu. Tubuhnya menguning. Hidupnya hampa. Akhirnya, dari kejauhan ia melihat ada sebuah batu karang di ujung sana. Batu karang yang begitu kokoh, yang berdiri dengan gagahnya. Dalam keputusasaan lumut, ia melihat batu karang tersenyum kepadanya. Tertatih-tatih lumut berlari. Berlari dan terus berlari... mendekatinya… Segala rintangan ia hadapi, hanya untuk melihat wajah batu karang yang tampak begitu bersahaja…. Dan akhirnya, batu karang sudah berada di hadapannya. Ternyata benar, ia terlihat sangat kokoh namun begitu lembut. 

Sejak saat itu lumut bisa tersenyum kembali. Warna hijau di tubuhnya mulai tampak… Ingin sekali ia mengatakan kepada batu karang “Bolehkah aku tinggal disini?”. Namun, lidahnya begitu kelu. Ia masih bimbang. Takut mengusik batu karang. Lumut hanya bisa bersabar, menunggu, berharap, dan berdoa semoga kelak batu karang meraih tangannya dan mengatakan “Tetaplah disini. Tinggallah bersamaku. Sampai ajal menjemput….”

(*backsound : andai dia tahu-Kahitna* mode : on)

5 comments:

Hijau Lumut mengatakan...

Oalaaaaah..... sampeyan ngomong opo tho, pak le....???

cerita diatas.................
tapi kalo Paman Walt Disney tertarik, boleh juga tuh dibikin film animasinya, hohoho.....

by the way....... banyu sepertinya kada cocok untuk batu karang. kalo ditambahkan disana, alur ceritanya jadi beda...
Fungsi banyu disini gasan apa dulu? gasan membuat batu karang jadi rapuh???
oh, tidakkk..... jangan membunuh karakter si batu karang yang telah susah payah kubangun!!
Batu karang disini karakternya sangat kuat, kokoh.... tidak akan rapuh walaupun diterpa badai....
(*lebay* mode : on)

hmmm....tapi kalo banyu didefinisikan sebagai "usaha si lumut hijau" supaya batu karang tersentuh, oke juga sih.... tapi yang pasti "banyu" is not a character, pak...^^

keep writing for you all... berkaryalah dengan jujur... ^^v

Medio Al Zickr mengatakan...

Lumut hijau...Tetaplah disini. Tinggallah bersamaku. Sampai ajal menjemput…

Anonim mengatakan...

“Lumut Hijau...Tetaplah disini. Tinggallah bersamaku. Sampai ajal menjemput…”

Anonim mengatakan...

ehem,ni ceritanya terinspirasi dari kisah nyata kah? hehe..

Hijau Lumut mengatakan...

@ tea..

hehe... sepertinya iya... ^^v

Posting Komentar