Pernah baca atau dengar ungkapan ini kan ?
“Gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga”.
Sepertinya kalian sudah pada mengerti kan maksudnya apa?
Gara-gara sekali melakukan perbuatan yang tidak baik, maka rusaklah reputasi kita sebagai orang baik-baik.
Gara-gara melakukan suatu kesalahan (baik besar maupun kecil), kesalahan itu akan terus diingat sepanjang masa walaupun kebaikan kita sebenarnya jauh lebih banyak.
Hmmm… Fenomena itulah yang sering terjadi disekeliling kita.
Maksud saya ini sifatnya universal lho… Hal ini bisa terjadi diantara orang tua dengan anaknya, persahabatan, antara pasangan, ataupun orang yang tidak kita kenal sekalipun.
Mungkin kita sering kali sakit hati atas apa yang telah orang lain perbuat terhadap diri kita. Padahal sebelum-sebelumnya orang itu sangat baik, tapi entah kenapa saat itu ia melakukan suatu kesalahan yang tidak bisa kita tolerir. Kita merasa disakiti, dipermainkan, dikhianati., dizholimi. Lantas, karena kesalahan itulah kita menjadi sulit untuk memaafkannya.
Kalo sudah begitu, mungkin lagu dari Sherina ini bisa jadi perenungan kita :
“Setiap manusia di dunia pasti punya kesalahan. Tapi hanya yang pemberani yang mau mengakui. Setiap manusia di dunia pasti pernah sakit hati. Hanya yang berjiwa satria yang mau memaafkan…”
Tuhan saja mau memaafkan ummatnya, kenapa kita (seorang manusia biasa) tidak bisa memaafkan sesama? Mungkin ada yang menjawab : “Sayang sekali, aku bukan Tuhan”.
Tapi kalo kita mau mikir, Tuhan yang menciptakan jagad raya yang seluruh isinya saja mau memaafkan ciptaannya, kenapa kita (sekali lagi hanyalah seorang manusia biasa) tidak bisa memaafkan? Sesombong itukah kita? Seangkuh itukah kita?
Mungkin cerita berikut bisa jadi bahan perenungan kita juga :
Setahun yang lalu saya nonton acara Oprah Winfrey Show yang menghadirkan seorang ibu yang merupakan korban dari sebuah perampokan beberapa tahun sebelumnya. Ibu itu mengalami kelumpuhan fungsi otak akibat terkena tembakan dari seorang perampok. Tembakan itu mengakibatkan bersarangnya peluru di kepala dan membuatnya koma selama beberapa bulan. Ketika beliau hadir di acara itu, beliau sudah bisa berjalan, walaupun tertatih-tatih karena kaki kiri mengalami kelumpuhan. Waktu Oprah menanyakan “Apakah kau memaafkan perampok itu?”. Dengan terbata-bata beliau mengatakan : ”Aku sudah memaafkannya”.
Kata-kata itu membuat saya tertohok. Bagaimana seorang ibu bisa memaafkan perampok yang nyaris saja merenggut nyawanya? Yang membuat fungsi otaknya menjadi tidak normal? Bagaimana bisa?
Bagaimana jika ini terjadi kepada kita? Apakah kita bisa memaafkannya?
Well, jujur saja, itu sulit…
Tapi jika kita berpikir : Apa sih gunanya tidak memaafkan?
Apa dengan begitu kita menjadi hebat? Kuat? Agung?
Apa dengan begitu kita menjadi lebih menang daripada orang yang melakukan kesalahan itu?
Apa dengan tidak memaafkan bisa membuat jiwa kita tenang?
Jawaban saya : “Tidak”.
Karena dengan memendam perasaan sakit, itu akan membawa kita ke dunia yang tidak damai. Hati kita was-was, ragu, marah, kecewa yang terus membawa kita ke dalam kebencian yang teramat sangat.
Hanya dengan memaafkan lah membuat hati kita jadi lapang dan damai…
Cobalah untuk memaafkan because everybody deserves a second chance… ^^v
Regards,
-Nina-
“Gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga”.
Sepertinya kalian sudah pada mengerti kan maksudnya apa?
Gara-gara sekali melakukan perbuatan yang tidak baik, maka rusaklah reputasi kita sebagai orang baik-baik.
Gara-gara melakukan suatu kesalahan (baik besar maupun kecil), kesalahan itu akan terus diingat sepanjang masa walaupun kebaikan kita sebenarnya jauh lebih banyak.
Hmmm… Fenomena itulah yang sering terjadi disekeliling kita.
Maksud saya ini sifatnya universal lho… Hal ini bisa terjadi diantara orang tua dengan anaknya, persahabatan, antara pasangan, ataupun orang yang tidak kita kenal sekalipun.
Mungkin kita sering kali sakit hati atas apa yang telah orang lain perbuat terhadap diri kita. Padahal sebelum-sebelumnya orang itu sangat baik, tapi entah kenapa saat itu ia melakukan suatu kesalahan yang tidak bisa kita tolerir. Kita merasa disakiti, dipermainkan, dikhianati., dizholimi. Lantas, karena kesalahan itulah kita menjadi sulit untuk memaafkannya.
Kalo sudah begitu, mungkin lagu dari Sherina ini bisa jadi perenungan kita :
“Setiap manusia di dunia pasti punya kesalahan. Tapi hanya yang pemberani yang mau mengakui. Setiap manusia di dunia pasti pernah sakit hati. Hanya yang berjiwa satria yang mau memaafkan…”
Tuhan saja mau memaafkan ummatnya, kenapa kita (seorang manusia biasa) tidak bisa memaafkan sesama? Mungkin ada yang menjawab : “Sayang sekali, aku bukan Tuhan”.
Tapi kalo kita mau mikir, Tuhan yang menciptakan jagad raya yang seluruh isinya saja mau memaafkan ciptaannya, kenapa kita (sekali lagi hanyalah seorang manusia biasa) tidak bisa memaafkan? Sesombong itukah kita? Seangkuh itukah kita?
Mungkin cerita berikut bisa jadi bahan perenungan kita juga :
Setahun yang lalu saya nonton acara Oprah Winfrey Show yang menghadirkan seorang ibu yang merupakan korban dari sebuah perampokan beberapa tahun sebelumnya. Ibu itu mengalami kelumpuhan fungsi otak akibat terkena tembakan dari seorang perampok. Tembakan itu mengakibatkan bersarangnya peluru di kepala dan membuatnya koma selama beberapa bulan. Ketika beliau hadir di acara itu, beliau sudah bisa berjalan, walaupun tertatih-tatih karena kaki kiri mengalami kelumpuhan. Waktu Oprah menanyakan “Apakah kau memaafkan perampok itu?”. Dengan terbata-bata beliau mengatakan : ”Aku sudah memaafkannya”.
Kata-kata itu membuat saya tertohok. Bagaimana seorang ibu bisa memaafkan perampok yang nyaris saja merenggut nyawanya? Yang membuat fungsi otaknya menjadi tidak normal? Bagaimana bisa?
Bagaimana jika ini terjadi kepada kita? Apakah kita bisa memaafkannya?
Well, jujur saja, itu sulit…
Tapi jika kita berpikir : Apa sih gunanya tidak memaafkan?
Apa dengan begitu kita menjadi hebat? Kuat? Agung?
Apa dengan begitu kita menjadi lebih menang daripada orang yang melakukan kesalahan itu?
Apa dengan tidak memaafkan bisa membuat jiwa kita tenang?
Jawaban saya : “Tidak”.
Karena dengan memendam perasaan sakit, itu akan membawa kita ke dunia yang tidak damai. Hati kita was-was, ragu, marah, kecewa yang terus membawa kita ke dalam kebencian yang teramat sangat.
Hanya dengan memaafkan lah membuat hati kita jadi lapang dan damai…
Cobalah untuk memaafkan because everybody deserves a second chance… ^^v
Regards,
-Nina-
0 comments:
Posting Komentar