29 Juli 2009

Bolehkah Aku Memanggilmu Ayah?


Judul :

Bolehkah aku memanggilmu Ayah?

Pengarang :

Chichi Sukardjo

Penerbit :

Gema Insani, 2004

Tebal :

142 halaman




Segala rutinitas yang mengantarkan aku pada kesibukan mengurus karier, uang, dan kekuasaan (pekerjaan), boleh jadi telah mengeraskan hatiku. Terlebih lagi jabatanku di perusahaan yang semakin strategis dan menuntut tanggung jawab besar. Aku sadari juga ternyata itupun menjauhkan diriku dari nilai-nilai ukhrawi yang sejak kecil ditanamkan oleh kedua orang tuaku. Dan, ternyata di satu masa, hal-hal yang berbau agamis hilang begitu saja digulung menjauh dari relung kalbu.

Saat ini, aku sudah berkeluarga dengan dua orang putra-putri yang boleh kubanggakan. Kata orang aku tampan dan brilliant. Istriku wanita karier yang tidak saja cantik dan pintar, tapi juga lemah lembut keibuan. Pendeknya, rumah tanggaku dikaruniai kebahagiaan. Alhamdulillah...

Selama ini banyak hal-hal yang bersifat sosial diurus dengan baik oleh istriku. Bantuan untuk anak yatim, rumah jompo, anak cacat, pembangunan masjid, sekolah, dan lain-lain. O ya termasuk mengalokasikan dana dari gaji kami untuk zakat, kurban, infak, dan sedekah. Aku sih tinggal menerima laporan saja. Pokoknya tugas utamaku adalah mencari uang. Karena bukankah hanya dengan uang kita bisa menyelesaikan semua masalah?

Walau kadang-kadang istriku mengingatkan aku agar tidak terlalu keras bekerja. Aku cuman tersenyum kecut. Memangnya dari mana semua kemewahan bisa diperoleh kalau tidak bekerja keras? Dari mana semua kebutuhan hidup dapat diraih kalau bukan dengan uang?

Namun demikian, pandanganku soal materi lenyap begitu saja ketika sore itu aku menemani istriku menyantuni anak-anak yatim di sebuah panti asuhan di pinggiran kota Jakarta. Panti asuhan suram, kotor, dan penuh dengan anak-anak kurus, pucat, dan bau. Pakaian yang dikenakan mereka sudah tak layak pakai lagi. Mengapa sih istriku tidak mencari tempat santunan yang lebih bersih gitu? Yang anak-anaknya lebih manis-manis, bersih, dan beradab. Huhh... tahu begini malas deh aku nganterin!

Saat itu, acara kami bersilaturrahmi di panti asuhan sudah hampir selesai. Semua anak sudah dibagikan pakaian baru, perlengkapan sekolah, dan sejumlah buku cerita dan majalah anak-anak. Makanan, minuman, serta sejumlah uang tunai yang dititipkan kepada ibu asrama cukup untuk konsumsi sebulan panti.

Aku bersiap-siap hendak ke mobil, ketika seorang anak perempuan sebaya Salsabilla, putriku berusia tujuh tahun, takut-takut mendekatiku.

”Om....” tanyanya ragu.

”Ya, ada apa sayang?” aku mencoba ramah. Kulihat dia tidak seperti anak lainnya. Kulitnya sawo matang bersih dan wajahnya cantik. Matanya yang berbinar menunjukkan kecerdasan dan kemurnian hati.

”Om, bolehkah saya meminta sesuatu?”

”Mau minta apa lagi?” jawabku terdengar agak ketus. Aku kaget juga mendengarnya.

”Eh.... ee, maksud Om, apa lagi yang kamu butuhkan?” kucoba memperbaiki diri saat kulihat bola matanya mulai digenangi air mata.

”Bo-bolehkan sasa-saya minta se..se..suatu?” tanyanya terbata dengan suara nyaris hilang diembus angin.

”Tentu saja boleh, Sayang. Mau boneka Barbie?” aku teringat Salsa yang mengoleksi lengkap dengan rumah, pakaian, dan pernik-pernik lainnya. Tapi gadis kecil ini menggelengkan kepala.

”Hmmm..., sepatu baru mungkin?” aku mencoba mulai bermain teka-teki. Dia masih tetap menggeleng.

”Atau sebuah sepeda mini?” Tapi tetap saja dia menggeleng. Aku jadi kesal. Mau minta apa sih? Uang barangkali, omelku dalam hati.

”Apa Om enggak marah?” tanyanya takut-takut. Aku menggeleng menyejajarkan pandanganku dengan matanya sambil memegang kedua bahunya.

”Katakan sayang, mau minta apa?”

”Mmm, mmm, bolehkah saya memanggil Om, ayah?” tuturnya dengan penuh keraguan. "Saya, saya tidak pernah punya ayah. Kata Ibu Tien, kepala panti, Bapak mati ditabrak kereta api waktu saya masih di dalam perut Emak. Saya kepingin sekali punya ayah. Bolehkah saya memanggil Om, ’Ayah’?”

Duhai Allah... ada apa ini? Mengapa seorang anak panti tidak tertarik dengan benda-benda mahal yang kutawarkan kepadanya? Dia hanya ingin memanggilku Ayah. Aku tak pernah menangis. Kehidupan yang keras telah mengajariku lupa menitikkan air mata, pun saat shalat yang hanya sekali-sekali kulakukan. Itu pun saat Ramadhan dan berbuka puasa bersama para relasi dan kerabat.

Tapi saat ini hatiku terguncang hebat. Allah SWT secara telak mengalahkanku. Astaghfirullah al’-azhiim... Kupeluk dia erat-erat, ”Tentu saja sayang, kamu boleh memangilku Ayah”.

”Betul?” wajahnya menyiratkan rasa tidak percaya namun bahagia. Kami berpelukan beberapa saat.

”Ayah, bolehkah saya minta satu lagi?” aku mengangguk.

”Bolehkah saya minta foto Ayah, Ibu, dan Kakak-kakak? Saya akan kasih lihat teman-teman di sekolah bahwa saya juga punya keluarga sama seperti mereka. Boleh?”


***


thanks to Aa atas hadiah bukunya :puppyeyes::puppyeyes::puppyeyes:



Regards,

-Nina-

14 Juli 2009

Stay The Same

(by Joe McIntyre)

Don't you ever wish you were someone else,

You were meant to be the way you are exactly

Don't you ever say you don't like the way you are

If you learn to love yourself you'd better of by far

And I hope you always stay the same

Cause there's nothing 'bout you I would change


I think that you could be whatever you want it to be

If you could realize all the dreams you have inside

Don't be afraid if you got something to say

Just open up your heart and let it show you the way


Don't you ever wish you were someone else,

You were meant to be the way you are exactly

Don't you ever say you don't like the way you are

If you learn to love yourself you'd better of by far

And I hope you always stay the same

Cause there's nothing 'bout you I would change


Believe in yourself, reach down inside

The love you found would set you free

Believe in yourself, you would come alive

Have faith the world you do, you make it through


Don't you ever wish you were someone else,

You were meant to be the way you are exactly

Don't you ever say you don't like the way you are

When you learn to love yourself you'd better of by far

And I hope you always stay the same

Cause there's nothing 'bout you I would change

No there's nothing 'bout you I would change

Don't you trust...



:star::star::star:


I really love this song... Because this song reminds me about my Senior High School and my classmates. Actually, saya pernah menyanyikan lagu ini di depan kelas waktu pelajaran Bahasa Inggris, hehehe.... (catatan : hampir semua murid disuruh maju, jadi jangan berpikiran kalo saya adalah seorang penyanyi kondang(an) di sekolah).
Well, sebenarnya waktu itu saya pengen nanyi lagu 'The way you look at me'-nya Christian Batistuta... eh Bautista deng! ^^v, tapiiii... berhubung 'falseto'nya rada susah, jadi saya cari aman saja laaah.. (daripada diketawain seantero kelas gara-gara fals, hahaha...). Jadi, lagu Joe 'gorgeous' McIntyre inilah yang saya pilih karena nadanya yang relatif aman, hohoho....
Daaaan, yang bikin saya senang... One of my classmates said that : "Nin, suara kamu bagus". Hihihihi... cihuuy, ga malu-maluin juga rupanya saya, krik... krik.. krik... *narsis mode on*

As usual, selalu ada part yang saya suka... Here is the part:

And I hope you always stay the same

Cause there's nothing 'bout you I would change



:puppyeyes::puppyeyes::puppyeyes:


13 Juli 2009

27 Dresses



".... karena akhirnya yang terpenting,
pria yang menungguku di ujung sana.
Dan ia menatapku seperti yang selalu kuharapkan..... "



for you, the man in the future...



03 Juli 2009

Pakai kacamata itu keren ga sih??

Hip.. hip.. hurraaayyy... Sekarang saya udah liburan semester niiih. Tapi saya ga libur soalnya ikut PAT (Perkuliahan Alih Tahun) atau bahasa kerennya : Semester Pendek. Sempat ragu juga ikut PAT atau liburan aja ya? Tapi akhirnya saya putuskan, ikut saja laah... daripada 2 bulan ga ada kerjaan, mending kuliah aja deh, toh juga kuliahnya cuman dikit... Setelah melalui pertimbangan yang matang, akhirnya saya memutuskan untuk ikut PAT dengan mengulang mata kuliah FISIKA DASAR 1 !!! Yahahaa... hare gene masih ngambil mata kuliah Fisika Dasar yaa... Soalnya mata kuliah lain yang ditawarkan, nilai saya udah lumayan bagus, nah si Fisika ini yang belum beranjak dari C, hohoho.... Selain itu, biar saya ada kesempatan buat nengok kampus tercinta mengingat bentar lagi saya mesti nyusun Tugas Akhir...

Bai de weiiiii, I'm gonna talk about glasses nih. Sudah hampir 3 minggu saya pakai kacamata. Ceritanya begini... Udah 2 bulan terakhir mata saya kedip-kedip mulu, frekuensi kedipannya bisa sampai 2-3 kali lipat dari kedipan normal. Wah saya pikir gawat juga nih kalo dibiarin, soalnya nanti cowo-cowo disekeliling saya pada ge-er karena nanti saya dikira naksir mereka, hahaha.... *narsis mode on*. Ga deeng... Alasan sesungguhnya selain frekuensi kedipan yang diambang normal ini mengganggu, mata saya juga cepat lelah, cepat berair, dan terasa agak panas dan berat. Apalagi setelah perjalanan jauh, terus langsung masuk ruangan ber-AC (apa sayanya aja ya yang ga ada bakat jadi orang kaya? :D ). Trus akhirnya saya pikir, ini mata mesti dapat penanganan sesegera mungkin mengingat saya (waktu itu) akan menghadapi Ujian Akhir Semester. Ga asyik banget kan kalo pas teman saya ngasih contekan saya ga bisa lihaat?? Upppss... hehehe..... (becanda euy!).
Berhubung kesempatan saya berada di Banjarmasin (my hometown) cuman bentar, jadi saya pikir, It would be great kalo saya langsung periksa ke Optik saja. Selain bisa sekalian jalan-jalan bareng keluarga, lumayan ngirit ga bayar jasa Dokter mata, hehehe... Begini nih kurang-lebih percakapan saya dengan mas-mas Optiknya :

Saya (S) : "Jadi, mata saya ada masalah ya?"
Mas Optik (MO) : "Iya"
S : "Ooo... minus ya mas?"
MO : "Silinder 0,75"

S : :waaah::waaah::waaah: "Ha??? Silinder?? Are you sure??"
*berasa disambar gledek*
MO : "Iya, silinder 0,75 sebelah kiri, yang kanan normal"

Okaaay, reaksi yang sangat berlebihan memang... :tsk::tsk::tsk:
Tapi jujur aja, penyakit mata bernama silinder ini sungguh menyeramkan bagi saya. Soalnya dulu, waktu SD, reaksi teman-teman saya terhadap teman yang memakai kacamata silinder sungguh sangat menakjubkan. Makanya saya agak-agak serem juga... Apalagi ditambah dengan bayangan bahwa kacamata silinder teramat sangat tidak keren karena lensanya yang setebel pantat botol. Deuuhh, saya ga mau masa muda saya terlewati seperti Betty Lavea dengan kacamata pantat botol nangkring di muka... :nangis::nangis::nangis:
Tapii... setelah kacamata itu selesai dibikin, saya bisa bernafas lega, karena ternyata kacamata saya keren juga lhooo, hohoho... Ini dia si glasses :


Mungkin karena 'kadar' silinder saya yang relatif kecil, makanya lensanya tipis yaa...

Beberapa minggu ini, saya nanya mbah gugel terus buat nyari info tentang kelainan mata dan tentang kacamata. Ini info dari dunia ibu

Kelainan refraksi ada beberapa macam :
  1. Myopia : jatuhnya bayangan di depan retina, karena titik fokus mata ada di belakang, perlu dikoreksi dengan lensa negatif (divergen). Benda yang dekat dapat terlihat jelas, benda yang jauh akan terlihat kabur.
  2. Hyperopia : titik fokus mata ada terlalu pendek, bayangan jatuhnya dibelakang titik fokus, dikoreksi dengan lensa positif.
  3. Astigmatisma : untuk mudahnya permukaan kornea bentuknya tidak rata, jadi bayangan yang masuk bisa berbeda letaknya. Pemeriksaannya dengan melihat juring (cmiiw) lingkaran, dan dilihat pada derajat mana garis tersebut terlihat tidak jelas.
  4. Presbyopia : mata yang sudah tua, lensa mata tidak begitu elastis lagi untuk berakomodasi, untuk melihat dengan jarak dekat, harus dibantu dengan lensa positif.
Gambar di samping ini untuk gejala minus (myopia) yaitu pandangan kabur atau blur pada saat melihat detail jarak jauh. Jadi benda yang dilihat blur secara menyeluruh.


Sementara gambar yang ini untuk gejala silinder, yaitu gejala blur ke arah tertentu, tidak seperti spherical yang blurnya sama ke segala arah 360°. Patokan silinder ini gejalanya berbeda-beda, diukur dari titik pusat konsentris antara 0 hingga 180°. Jadi, benda yang dilihat hanya blur sebagian (hanya pada derajat tertentu). Sumber.


Okee, sekarang saya mau menganalisis nih kesalahan saya kenapa sampai mengalami silinder.
  1. Membaca sambil berbaring. Ini masalah klasik. Dari kecil saya sukaaaa sekali membaca sambil berbaring, khususnya ketika mau tidur. Tidur ga afdhol kalo sebelumnya belum baca sesuatu, hehehe... Nah, ini sebenarnya udah diwarning ayah dan bunda tercinta karena bikin mata cepat rusak... Hiks.. maafkan anakmu yang bandel ini..
  2. Membaca terlalu dekat. Harusnya jarak antara buku dengan mata itu sekitar 25 cm dan harus dengan posisi duduk. Yup, kesalahan lagi... karena ga asyik rasanya membaca sambil berbaring dengan buku jauh dari muka kan?
  3. Terlalu lama berada di depan komputer. Yuppiiee... semenjak ngeblog, frekuensi tatap muka saya dengan si lappy bertambah. Meskipun (katanya) radiasi laptop relatif lebih kecil daripada PC, tetap aja kalo kelamaan bisa bikin mata cepat lelah...
Buat yang matanya normal, dijaga baik-baik yaa.. Jangan sampai deh ikut pake kacamata juga. Biarpun pake kacamata kelihatan smart, tapi akan lebih bagus lagi kalo punya mata yang sehat kaan? Trus buat yang juga pake kacamata, please share your story disini ya... Saya pengen tau lebih banyak nih tentang kacamata. Semoga bermanfaat....