“Pemilihan Umum telah memanggil kita. Sluruh rakyat menyambut gembira. Hak demokrasi Pancasila. Hikmah Indonesia merdeka. Pilihlah Wakilmu yang dapat dipercaya. Mengemban Ampera yang setia. Di bawah Undang-Undang Dasar ’45. Kita menuju ke Pemilihan Umum”.
***
Beberapa minggu sebelum Pemilu, saya agak bingung juga sih sama istilah yang tepat untuk menggantikan kata “coblos” yang digunakan beberapa tahun silam. Sebenarnya yang tepat itu “contreng” atau “conteng” atau “centang” sih? Saya cuma pernah baca dan dengar kata “conteng” dan “centang”. Nah, kata “contreng” ini baru saya dengar dari televisi beberapa minggu terakhir, yang ternyata malah booming di masyarakat. Setelah ngecek di kamus http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi, yang mendekati kebenaran adalah kata “centang”, yang didefinisikan :
cen·tang /céntang/ n tanda koreksi, bentuknya spt huruf v atau tanda cawang;
men·cen·tang v membubuhi coretan dsb pd tulisan (sbg peringatan)
Waduh… gimana nih.. masyarakat udah banyak yang terlanjur pakai kata “contreng” tuh… Apa bisa kata “contreng” dimasukkan ke dalam Bahasa Indonesia baku?
***
Okay…Whatever the name is… Contreng, conteng ataupun centang, yang pasti sebagai warga Negara Indonesia yang baik, saya juga ikut Pemilu dong….
Sempat ragu juga sih mau milih Partai apa. Yang terlintas di benak saya cuma 2 Partai (which are ternyata masuk 5 besar di Quick Count lhooo…).
Abah saya semangat sekali mendaftarkan anaknya ini ikut Pemilu. Sudah dari pagi beliau mendaftar, padahal saya baru tiba di Banjarmasin hampir jam 11 WITA… and consequently… nama saya sudah dipanggil puluhan kali saking lamanya.. hihihi… Maaf ya bapak-bapak petugas Pemilu…
Setelah melepas lelah sejenak di rumah, berangkatlah saya ke TPS (yang sesungguhnya berada di hadapan rumah saya sendiri). Sempat terjadi perdebatan juga antara Ibu dan anak. Ibu saya menyuruh saya memakai sandal yang bagus sementara saya dengan cueknya mau pakai sandal jepit. Hihihi… Akhirnya saya mengalah dan memutuskan untuk memakai sepatu. Well, okay setelah dilihat-lihat, para Pemilih ternyata rapi jali euy… Untung ga jadi pakai sandal jepit… kikikikikkk..
Hanya menunggu sekitar 5 menit, nama saya dipanggil lagi. Setelah mendapatkan 4 kertas suara (yang setelah dibuka lebarnya udah kayak Sajadah), mulailah saya memilih. Kertas pertama dan kedua, lancar. Kertas ketiga, saya bingung. Saya kira semua ‘kategori’ itu semua ada lambang partainya, ternyata untuk kertas Suara DPR-RI cuma ada Foto dan namanya yaaa… Wah… saya kurang persiapan ternyata, tau gitu saya survey dulu kaan... Tau gitu lebih baik saya konsultasi sama Ibu soal caleg daripada berdebat soal sandal jepit… hihihihi…
Lama juga saya memandangi foto-foto calon anggota DPR itu. Dan akhirnya, saya putuskan untuk membuka kertas ke-4 dulu dengan harapan ada inspirasi. Ternyata sama saja, setelah mencentang kertas ke-4 dan membuka kembali kertas ke-3, saya masih bingung euy... Sempat terlintas di pikiran, kertas ke-3 ga usah diisi aja aaahh… tapi mikir lagi, ngapain repot-repot ikut Pemilu kalo akhirnya GolPut?? Kalo saya Golput, saya ga bisa protes dong kalo nanti terjadi sesuatu di Pemerintahan??
Lalu, bismillahirrahmanirrahim… saya putuskan untuk memberikan kode centang di salah satu foto caleg yang wajahnya terlihat familier di mata saya (bersyukurlah calon yang saya pilih karena meletakkan spanduk di tempat yang strategis dan sempat tertangkap oleh mata saya, hehehehe…). Setelah memasukkan kertas suara di kotaknya masing-masing, pulanglah saya ke rumah dengan sejuta harapan…..
***
Semoga pilihan saya adalah pilihan yang tepat dan membawa Indonesia ke arah yang jauh lebih baik dari sekarang.
Semoga para wakil rakyat yang terpilih tetap ingat dan menepati seluruh janji-janji yang pernah diucapan di masa kampanye. Dan buat calon yang tidak terpilih, semoga bisa menerima kekalahan dan menyikapinya dengan sportif dan bijaksana. Aamiin…
Merdeka!!!!
Regards,
-Nina-
Sudah lama tak mendengar lagu di atas. Jingle yang familier di telinga saya ini nih :
“Ayo ikut Pemilu. Cukup satu, skali contreng”. Jreng.. jreng.. jreng… jreng.. jreengggg…*intro*
***
Beberapa minggu sebelum Pemilu, saya agak bingung juga sih sama istilah yang tepat untuk menggantikan kata “coblos” yang digunakan beberapa tahun silam. Sebenarnya yang tepat itu “contreng” atau “conteng” atau “centang” sih? Saya cuma pernah baca dan dengar kata “conteng” dan “centang”. Nah, kata “contreng” ini baru saya dengar dari televisi beberapa minggu terakhir, yang ternyata malah booming di masyarakat. Setelah ngecek di kamus http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi, yang mendekati kebenaran adalah kata “centang”, yang didefinisikan :
cen·tang /céntang/ n tanda koreksi, bentuknya spt huruf v atau tanda cawang;
men·cen·tang v membubuhi coretan dsb pd tulisan (sbg peringatan)
Waduh… gimana nih.. masyarakat udah banyak yang terlanjur pakai kata “contreng” tuh… Apa bisa kata “contreng” dimasukkan ke dalam Bahasa Indonesia baku?
***
Okay…Whatever the name is… Contreng, conteng ataupun centang, yang pasti sebagai warga Negara Indonesia yang baik, saya juga ikut Pemilu dong….
Sempat ragu juga sih mau milih Partai apa. Yang terlintas di benak saya cuma 2 Partai (which are ternyata masuk 5 besar di Quick Count lhooo…).
Abah saya semangat sekali mendaftarkan anaknya ini ikut Pemilu. Sudah dari pagi beliau mendaftar, padahal saya baru tiba di Banjarmasin hampir jam 11 WITA… and consequently… nama saya sudah dipanggil puluhan kali saking lamanya.. hihihi… Maaf ya bapak-bapak petugas Pemilu…
Setelah melepas lelah sejenak di rumah, berangkatlah saya ke TPS (yang sesungguhnya berada di hadapan rumah saya sendiri). Sempat terjadi perdebatan juga antara Ibu dan anak. Ibu saya menyuruh saya memakai sandal yang bagus sementara saya dengan cueknya mau pakai sandal jepit. Hihihi… Akhirnya saya mengalah dan memutuskan untuk memakai sepatu. Well, okay setelah dilihat-lihat, para Pemilih ternyata rapi jali euy… Untung ga jadi pakai sandal jepit… kikikikikkk..
Hanya menunggu sekitar 5 menit, nama saya dipanggil lagi. Setelah mendapatkan 4 kertas suara (yang setelah dibuka lebarnya udah kayak Sajadah), mulailah saya memilih. Kertas pertama dan kedua, lancar. Kertas ketiga, saya bingung. Saya kira semua ‘kategori’ itu semua ada lambang partainya, ternyata untuk kertas Suara DPR-RI cuma ada Foto dan namanya yaaa… Wah… saya kurang persiapan ternyata, tau gitu saya survey dulu kaan... Tau gitu lebih baik saya konsultasi sama Ibu soal caleg daripada berdebat soal sandal jepit… hihihihi…
Lama juga saya memandangi foto-foto calon anggota DPR itu. Dan akhirnya, saya putuskan untuk membuka kertas ke-4 dulu dengan harapan ada inspirasi. Ternyata sama saja, setelah mencentang kertas ke-4 dan membuka kembali kertas ke-3, saya masih bingung euy... Sempat terlintas di pikiran, kertas ke-3 ga usah diisi aja aaahh… tapi mikir lagi, ngapain repot-repot ikut Pemilu kalo akhirnya GolPut?? Kalo saya Golput, saya ga bisa protes dong kalo nanti terjadi sesuatu di Pemerintahan??
Lalu, bismillahirrahmanirrahim… saya putuskan untuk memberikan kode centang di salah satu foto caleg yang wajahnya terlihat familier di mata saya (bersyukurlah calon yang saya pilih karena meletakkan spanduk di tempat yang strategis dan sempat tertangkap oleh mata saya, hehehehe…). Setelah memasukkan kertas suara di kotaknya masing-masing, pulanglah saya ke rumah dengan sejuta harapan…..
***
Semoga pilihan saya adalah pilihan yang tepat dan membawa Indonesia ke arah yang jauh lebih baik dari sekarang.
Semoga para wakil rakyat yang terpilih tetap ingat dan menepati seluruh janji-janji yang pernah diucapan di masa kampanye. Dan buat calon yang tidak terpilih, semoga bisa menerima kekalahan dan menyikapinya dengan sportif dan bijaksana. Aamiin…
Merdeka!!!!
Regards,
-Nina-
4 comments:
Permasalahan Indonesia, tidak hanya terletak pada kualitas sang pemimpin namun lebih dari itu, yaitu kualitas sistem yang sedang mengayomi kita. So bila ingin perubahan yang lebih baik, pilih syariah dan khilafah guna Indonesia lebih baik. Biar diadain pemilu seribu kali n pilihan kita bener selama sistemnya jahiliah, keadaan Indonesia gak akan berubah, dijamin!!!
@Atas gwHehehehe secara halus intinya sampeyan pengen ganti ideologi negeri ini, kalo pengen juga silahkan dirikan negeri sendiri, please jgn di Indonesia. Ok...
Sori nin, bahas ini di blog kam, aku paling kd suka yg seperti ini.
@engineer
Yoiii.. silakan, lai...
aku kada ngerti maksudnya apa.. hahaha... ^^v
pengetahuanku akan dunian politik benar2 payah.. T_T
Permasalaha di Indonesia juga karena rata-rata masyarakatnya pendidikannya kurang baik.
Posting Komentar