21 April 2009

Pengemis... Haruskah Diberi ?

Menurut pengamatan saya beberapa tahun terakhir, ‘profesi’ (jika boleh dikatakan) pengemis mengalami peningkatan yang cukup tajam. Pengemis sangat mudah dijumpai dimana saja dan kapan saja seperti halnya kios-kios penjual pulsa. Misalnya saja di lampu merah, di pasar, di jembatan, di warung pinggir jalan, di sekitar perumahan, bahkan di kampus. Serius lho di kampus ada…. karena saya pernah menemui pengemis masuk ke ruangan kuliah pada saat saya sedang mengikuti kuliah (entah apa yang ada dipikiran pengemis itu sampai-sampai nekat masuk). Dan pernah juga ketika saya dan seorang teman sedang asyik ngobrol sambil menikmati jagung bakar di pinggir jalan, pengemis dan pengamen tak henti-hentinya berdatangan. Waktu itu saya ga bawa uang receh (karena memang baru kali itu makan disana dan ga tau kalo ternyata banyak pengemis), jadi saya memberikan uang kertas saja. Tapi makin lama ngobrol kok pengemis yang datang makin banyak ya??? Waduuuhh.. kalo lama-lama disana bisa-bisa gantian saya yang jadi miskin nih…. Akhirnya setelah itu saya memutuskan untuk tidak memberi pengemis-pengemis yang datang selanjutnya karena dikhawatirkan saya ga bisa pulang ke rumah gara-gara kehabisan uang… hehehehe…. (becanda).

Dan masih banyak lagi interaksi saya bersama pengemis lain, hehehe….

***

Back to the topic “Pengemis… haruskah diberi?”.

Itulah salah satu pertanyaan yang saya ajukan sekitar 2 tahun yang lalu kepada seorang MR (murabbi) pada saat khalaqoh.

(kurang-lebih begini percakapan saya dengan beliau):

“Ka, pengemis itu sebaiknya diberi atau ga? Karena menurut anjuran Pemerintah sebaiknya ga usah diberi.”, tanya saya.

Beliau bilang : “Beri saja, Dik.”

Lantas saya bertanya lagi “Gimana kalo pengemisnya bohong, ka? Karena mungkin saja ada yang berpura-pura meminta sumbangan untuk pembangunan Masjid padahal sesungguhnya uangnya untuk dirinya sendiri.”

Lalu beliau menjawab “Ya gapapa, kasih aja. Niat kita baik, tho?”.

Hmmm… Saya pikir, iya juga sih… Ber-positive thinking saja lah… Selama kita punya rezeki, kenapa ga? Urusan pada akhirnya sumbangan itu ‘diselewengkan’, itu urusan mereka sama Sang Pencipta kan?

***

Kemudian, beberapa minggu yang lalu saya blogwalking dan menemukan blog ini :

http://ridloabelian.co.cc

Ada pembahasan yang membuat saya tertarik, judulnya : Resep Rasulullah Atasi Kemiskinan. Artikel disana ternyata mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk di hati saya.

Isinya begini :

"Anas bin Malik meriwayatkan bahwa suatu ketika ada seorang pengemis dari kalangan Anshar datang meminta-minta kepada Rasulullah SAW. Lalu beliau bertanya kepada pengemis tersebut,”Apakah kamu mempunyai sesuatu di rumahmu?” Pengemis itu menjawab, “Tentu, saya mempunyai pakaian yang biasa saya pakai sehari-hari dan sebuah cangkir.” Rasul langsung berkata.”Ambil dan serahkan ke saya!” Lalu pengemis itu menyerahkannya kepada Rasulullah, kemudian Rasulullah menawarkannya kepada para sahabat,"Adakah diantara kalian yang ingin membeli ini?" Seorang sahabat menyahut," Saya beli dengan satu dirham." Rasulullah menawarkannya kembali," adakah di antara kalian yang ingin membayar lebih?" Lalu ada seorang sahabat yang sanggup membelinya dengan harga dua dirham.


Rasulullah menyuruh pengemis itu untuk membelikan makanan dengan uang tersebut untuk keluarganya, dan selebihnya, Rasulullah bersabda, "Carilah kayu sebanyak mungkin dan juallah, selama dua minggu ini aku tidak ingin melihatmu." Sambil melepas kepergiannya, Rasulullah pun memberinya uang untuk ongkos.

Setelah dua minggu, pengemis itu datang lagi menghadap Rasulullah sambil membawa uang sepuluh dirham hasil dari penjualan kayu. Lalu Rasulullah menyuruhnya untuk membeli pakaian dan makanan untuk keluarganya seraya bersabda, "Hal ini lebih baik bagi kamu, karena meminta-meminta hanya akan membawa noda di wajahmu di akhirat nanti. Tidak layak bagi seorang meminta-minta kecuali dalam tiga hal, fakir miskin yang benar-benar tidak mempunyai sesuatu, utang yang tidak bisa terbayar, dan penyakit yang membuat seorang tidak bisa berusaha." (H.R. Abu Daud).

Riwayat ini memberi pelajaran kepada kita bahwa ketika mendapati seorang yang miskin yang meminta-minta, Rasulullah ternyata tidak langsung memberi uang. Tetapi beliau justru menanyakan apa yang dimiliki oleh si pengemis yang bisa dimanfaatkan sevagai modal.

Rasulullah melakukan hal itu tidak lain untuk mencegah ketergantungan seseorang kepada orang lain. Juga untuk mengajarkan bahwa apapun yang dimiliki oleh seseorang sebenarnya memiliki nilai produktivitas. Tergantung bagaimana ia secara kreatif memanfaatkannya.

Pelajaran lain yang kita peroleh dari riawayat tersebut yaitu, sejelek dan seburuk apapun sesuatu yang kita miliki, sebenarnya ia tetap bernilai. Kita tidak boleh menganggap sesuatu itu tidak berguna selama masih bisa dimanfaatkan. Tinggal kita bisa memanfaatkannya atau tidak. Kalau sesuatu itu menurut kita tidak bermanfaat, tapi bisa jadi bermanfaat bagi orang lain.

Ada lagi yang bisa kita ambil pelajaran dari kisah tersebut yaitu terkait dengan kapasitas dan peluang yang dibaca Rasulullah terhadap si pengemis iru. Rasulullah sengaja menyuruhnya menjadi tukang kayu karena beliau melihat bahwa pengemis itu memiliki potensi di bidang tersebut. Jika ia diperintah melakukan hal yang lain seperti berdagang atau mengajar, belum tentu ia bisa melakukannya.

"... tidak layak bagi seorang meminta-minta kecuali dalam tiga hal : fakir miskin yang benar-benar tidak mempunyai sesuatu, utang yang tidak bisa dibayar, dan penyakit yang membuat seseorang tidak bisa berusaha." (H.R. Abu Daud). "

***

Bisakah saya bersikap sebijak Sayyidina Muhammad?

Insya Allah....

5 comments:

Engineer mengatakan...

Tergantung nina'ae klo pengemisnya anak kecil jangan sekali-kali di beri, itu melajari inya kd baik, kayatu jua lawan pengamen jangan dibari jua, kecuali km terkesan dgn lagu yg dibawakannya, hehehehe

Kalo yg minta2 tu tuha (sekitar 50an ke atas) menurut aku amun ada duit balabih wajib dibari, kayatu jua misalnya ada yg muda2 tp kondisi tubuhnya cacat, keliatan aja nina'ae yg bedusta lwn kd... Hehehehe

itu menurut aku ja pang... Heheheh

Anonim mengatakan...

subhanallah....
begitu bijak Rasulullah...
terima kasih atas tulisannya ya mbak (nina??)...
teruslah menulis...
salam kenal dari jogja,,,,
^_^

iDa_941 mengatakan...

subhanallah...
begitu bijaknya Rasulullah...
terima kasih ya mbak (nina???) atas tulisannya,,,
teruslah menulis,,,
salam kenal dari jogja
^_^

hijau-lumut mengatakan...

@Enginer
Yup, boleh juga sarannya... Tapi lebih baik lagi pang kalo bisa kayak Rasulullah... :)

@Faidayeah dan iDa_941
Iya, mba Ida.. Rasulullah memang sangat sangat bijak... tak terpikirkan oleh saya bagaimana cara mengajari seorang pengemis... Subhanallah...
Keep writing juga, mba...
Salam dari Banjarmasin.
Ohya, benar, nama saya Nina... Hijau-lumut cuma nama samaran, hehehe.... :)

Anonim mengatakan...

malunya diriku...
ayo kita sebarkan ilmu yang bermanfaat ini...
tetap istiqomah mbak nina

Allohumma sholi ala muhammad
Fisika is the best n islam above it

Widi

Posting Komentar