02 Maret 2009

Perbedaan Antara Sibuk Dengan Produktif

KKN (Kuliah Kerja Nyata) selama sebulan di sebuah desa di Kabupaten Tanah Laut telah membuka mata saya bahwa ternyata banyak penduduk Indonesia yang secara ekonomi masih berada di bawah garis kemiskinan.
Salah satu contohnya adalah sebuah keluarga yang tinggal di belakang tempat tinggal kelompok kami. Kami memanggil beliau Pakde dan Bude. Mereka adalah transmigran dari sebuah daerah di Pulau Jawa sana. Mereka hanya tinggal berdua karena anak-anak sudah berkeluarga. Saya memperkirakan umur mereka sekitar 60 tahunan, tapi secara fisik, mereka tampak sangat tua dan letih. Terlihat jelas dari gurat-gurat wajah dan kulit yang terpanggang sinar matahari.
Pekerjaan mereka adalah beternak dan bertani. Sejak subuh hingga petang mereka bekerja. Pertama kali saya menginjakkan kaki ke rumah mereka, saya tertegun. Bagaimana mereka bisa hidup di rumah yang begitu kecil, dengan penerangan seadanya, tanpa barang-barang elektronik sedikitpun? Setelah pulang dari sana, saya menangis. Sedih. Mengapa disaat raga yang sudah begitu renta mereka terus bekerja keras sementara orang-orang seumur mereka bisa menikmati masa tua dengan damai?
Ya, coba kita bandingkan saja dengan pegawai kantoran atau pengusaha yang setiap hari bekerja di ruangan yang nyaman, ber-AC, kursi empuk, dan berbagai macam fasilitas yang tersedia. Yang berpenghasilan di atas rata-rata dalam sebulan. Berangkat dengan menggunakan transportasi yang nyaman. Setiap minggu ada waktu untuk berlibur. Dan tiba saatnya pensiun, mereka masih mendapatkan gaji pensiun setiap bulan. Masa tua dilalui dengan tentram.
Bagaimana dengan nasib orang-orang seperti Pakde dan Bude? Yang bekerja setiap hari, melawan teriknya matahari, tetapi menghasilkan sesuatu yang tidak seberapa, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan ala kadarnya, tanpa bisa memilki ‘sesuatu yang bernilai”?



Gambar di atas adalah foto rumah mereka. Di rumah kecil itulah mereka tinggal. Rumah dan tanah untuk bertani itu sebenarnya adalah milik Pemerintah. Entah sampai kapan mereka bisa memilkinya. Dari pembicaraan kami selama KKN, kami mengetahui bahwa 2 tahun lagi mereka akan kembali ke daerah mereka. Dulu saya pikir transmigrasi adalah solusi yang bagus untuk memberantas kemiskinan. Tetapi ternyata masih belum. Pemerintah, bagaimana nasib mereka??


***

Sekarang kita analisis, ada orang yang tidak perlu bekerja dengan keras bisa menghasilkan sesuatu yang luar bisa sementara ada orang yang bekerja keras tapi tidak banyak menghasilkan sesuatu. Mungkin konsepnya begini, rajin dan giat saja sebenarnya tidak cukup. Ada yang lebih penting daripada rajin dan giat, yaitu alasan kenapa kita harus rajin dan giat. Ada giat yang hanya banyak menghasilan letih saja, namun ada giat yang melahirkan sesuatu yang luar biasa. Banyak orang yang tidak bisa membedakan antara sibuk dengan produktif. Mereka yang hanya sibuk tapi tidak produktif kata Caroline Donnely adalah ibarat kincir angin berwujud manusia. Bekerja sangat keras tapi sedikit hasilnya. Sama halnya dengan problem hidup Pakde dan Bude. Mereka sudah bekerja begitu keras tetapi sedikit sekali hasilnya.
Nah, untuk menghasilkan sesuatu yang lebih bernilai itulah harus ada inovasi. Dan untuk itulah kreatifitas kita dijalankan. Dengan adanya kreatifitas, kita bisa menghasilkan sesuatu yang unik, yang berbeda dengan orang lain sehingga harga jualnya lebih tinggi.
Semoga kelak, hal ini bisa diterapkan oleh mereka dan kita sendiri tentunya, karena menurut saya, setiap orang pada dasarnya mempunyai potensi untuk sukses. Asal ada motivasi dari dalam diri serta berikhtiar dengan sungguh-sungguh, insya Allah semua itu akan tercapai.


***

Dulu saya pikir, buat apa ada KKN? Kenapa bukan magang atau PKL (Praktik Kerja Lapangan) saja? Tetapi setelah dijalani, KKN telah memberikan saya banyak pelajaran berharga. Saya jadi lebih memaknai bahwa ilmu itu begitu berharga. Dan lebih berharga lagi jika bisa berguna untuk orang lain. Sekarang saya jadi lebih bersyukur karena dilahirkan di keluarga yang berkecukupan, masih punya kesempatan untuk kuliah dan masih bisa belajar. Alhamdulillah….. Semoga kelak, ilmu-ilmu itu bisa berguna, not only for me but also for the other people. Aamiin....
Wahai Dzat yang Maha Pengasih, bimbinglah hamba-Mu ini agar senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang Engkau beri....
Kesimpulannya banyak-banyaklah bersyukur dan optimalkan waktu yang ada untuk sesuatu yang berguna…
Hopefully this article is good enough for you to read..

Regards,

-Nina-

10 comments:

Meratus mengatakan...

Hmmm... sebenarnya (ini menurut aku) ada peranan org ketiga disini.

Walaupun petani2 transmigran kaya pakde dan bude yg km sebut td sudah berusaha dgn keras lalu kenapa hasilnya tidak seberapa? Bukan berarti mereka sibuk tdk produktif (klo menurut aku dia berdua itu produktif klo gak, gak bakalan menghasilkan apa2), tp hal ini memang harus seperti itu adanya (siklusnya).

Naah permasalahannya adalah kenapa mereka tdk sejahtera? Itu yg harus jd pokok permasalahannya, penganalogian judul dengan cerita pakde dengan bukde ini kurang tepat (menurut aku CMIIW), hehehe piss

Jawabannya, inilah peran dari pemerintah!!! sebagai pihak yg mempunyai kekuasaan dan tentu saja pemegang kebijakan. Banyak kok contoh di luar negeri sono, petani2 yg awalnya gak sejahtera (bahkan dibawah garis kemiskinan dengan dikelilingi lingkungan yg bertaraf hidup tinggi) akhirnya bisa menjadi sejahtera. Kenapa? karena pemerintah punya kebijakan yg sangat mendukung sektor pertanian. Maaaf ane lupa baca dimana. Hehehehe Misalnya saja kebijakan untuk mensubsidi harga jual ditingkat petani. Pokoknya banyak deh... sayang pemerintah masih buta akan hal itu, yaah maklum lah udah tau kan budaya kita seperti apa... Hehehehe :D :D

Sori yaa agak serius, soalnya tulisannya jg serius2 apalgi nyangkut2 ttg pemerintah (yg gak jelas ini). Hehehehe Sori jg kalo salah mohon dibetulkan... Biar bener... :D

Hijau Lumut mengatakan...

produktif = menghasilkan sesuatu.
Oke, mereka produktif, tapi apakah hasilnya sebanding dengan kerja keras mereka selama ini?
Itu yang saya tekankan tentang arti "produktif" disini, Pak Meratus (gunung, kali lai..^^)...
Semoga Presiden terpilih tahun 2009 ini benar-benar memperhatikan nasib rakyatnya...
Benar-benar menepati janjinya...
Semoga....
We'll see...

Hijau Lumut mengatakan...

Menambahkan lagi Pak Meratus yang semoga ga meletus ^^v

Hehehe.. sebenarnya pada awalnya saya juga bingung memutuskan judul apa yang tepat untuk posting kali ini, jadi akhirnya ya yang seperti diatas… Ternyata menuai kritik T_T,,
It’s okay, terimakasih atas kritiknya. Hehehe..
Nah, melanjutkan lagi. Sebenarnya menurut saya, untuk problem ini, Pemerintah tidak bisa disalahan sepenuhnya. Kenapa? Karena Pemerintah kan sudah ngambil tindakan tuh. Ngasih solusi kepada masyarakat untuk transmigrasi. Cuma ya…. Fasilitasnya kurang memadai. Hmmm… (*mencoba berprasangka baik dulu*).. Kerjaan Pemerintah kan ga cuma satu, banyak hal yang perlu ditanggulangi. Ya masalah NARKOBA, KKN, kelangkaan BBM, banjir, belum lagi sekarang lagi sibuk-sibuknya kampanye (ini sebenarnya bisa dihitung ga sih??). Nah, sementara rakyat miskin di Indonesia kita tercinta ini jumlahnya ga bisa dibilang sedikit dan tersebar di seluruh pelosok Nusantara.
Langkah awalnya memang sudah bagus, ngadakan transmigrasi + ngasih (meminjamkan) tanah dan rumah untuk mereka, tapi mungkin “tindak lanjut” dari itulah yang perlu kita pertanyakan. Yang seharusnya Pemerintah lakukan adalah mengawasi sekaligus memperhatikan apa yang terjadi dengan mereka setelah itu. Jangan cuma ngasih dana, trus lepas tangan, selesai. The end.
Di posting sudah saya singgung tentang inovasi. Oke lah Pemerintah kan sudah ngasih suntikan dana, dan “sedikit” fasilitas. Ya sekarang rakyatnya lah yang berusaha memaksimalkannya. Iya tho? Inovasi tadi bisa macam-macam, tergantung kreatifitas masyarakat saja biar menghasilkan sesuatu yang lebih bernilai. Misalnya saja, untuk bidang peternakan Sapi. Kotoran sapi masih bisa diolah menjadi sesuatu kan? Bisa dibuat pupuk atau biogas. Kemarin waktu KKN kami sempat beberapa kali penyuluhan Biogas. Mudah-mudahan bisa bermanfaat disana.
Nah, sebenarnya ini harus ada andil dari Pemerintah juga buat ngadakan Penyuluhan lebih lanjut. Jangan cuma ngasih kucuran dana saja, tapi juga mengawasi dan memperhatikan kemajuannya.
Untuk masalah ini, saya 50:50 saja lah...
Berada di grey area saja... ^^v

Nah, sekarang pertanyaannya, kita sebagai penerus, what should we do?
Jangan sampai kita NATO (No Action Talk Only). Mesti ada tindakan nih!
Tapi, pembicaraan kita ini mungkin juga bisa disebut kepedulian akan nasib Bangsa, Pak Meratus. So, keep writing…. Tetaplah berpikir kritis, karena sebagian nasib bangsa ini ada ditangan kita juga..
Wah, panjang lebar penjelasannya. Semoga ada pencerahan ^^v
Terimakasih atas komentarnya….
Kalo ada komentar lagi, monggo… Blog ini siap menampung semua aspirasi anda… ^^

Anonim mengatakan...

Hiks..hiks...Jadi keingatan Bude' deh..

Anonim mengatakan...

Nostalgia masa KKN neh..
disitulah salah satu bentuk kekuasaan Allah dan keadilan Allah SWT. Bukankah Allah mennguji manusia dengan kekayaan,kemiskinan,kesehatann rasa sakit dan nikmat atau penderiataan yang lain,,Dan jika kita berhasil melewatinya maka Allah akan mengangkat derajat Ketaqwaan kita satu tingkat menuju Rahmat_Nya.
Dari fenomena tersebut, kita harusnya jadi hamba yang senantiasa bersyukur akan Nikmat-Nya.
Letak keadilan_Nya,,ketika tidak ada orang yang kurang(maaf) mungkin dalam hal finansial kurang,,maka pada siapa kita akan bersedekah!Bukankah ketika kita bersedekah akan lebih dekan dengan Tuhan dan dekat dengan Surga_Nya.Amin..
heee
maaf nin, jadi ikut berdakwah di Blogmu
Intinya,,Bagaimana pun keadaan kita,,haruslah senantiasa bersyukur!
jangan selalu melihat ke atas, tapi sering2lah untuk melihat yang dibawah kita..
Oke...
jazakillah nin...

Hijau Lumut mengatakan...

@ liew267

iya,liew..kangen sm beliau..kangen warga bumi jaya...
ntar kesana lagi ya...
mudah-mudahan bisa dalam waktu dekat.. ^^

Anonim mengatakan...

@ninaWkwkwkwk... tambah rame aja nih di sini...

Bingung mau coment apa... Hehehehe

Ntar dikira mau ikut nyalonin presiden lagi... :)

Kalo jwbannya pemerintah gak bisa disalahin sepenuhnya yaa benerlah... :) karena disitu juga ada tanggung jawab kita sebagai manusia... :D Tp tetep pemerintah yg mesti disalahin, pemerintah kan bukan hanya individu, tp pemerintah lebih kearah menegakkan sistem. Dan penegakkan sistem itu ada lg sistem yg ngaturnya. Waah kok jd pusing yaahh... :)

Dah aah pusing kalo bicarain masalah yg gak jelas nih. :D

@najwa_Alfatunnisa

Sori nin jd ikutan ngasih komenntar yg ini.

yaah sis, kalo udah mikirnya sampe ke Tuhan yaa udah pasti kaya gitu... Hehehe :D Tinggal tergantung orangnya aja lgi... Wkwkwkwkwkwkw

Hijau Lumut mengatakan...

@ ukhti najwa_alfatunnisa

Yup, benar sekali, ukhti... bahwa dalam keadaan apapun, sudah harusnya kita selalu bersyukur....

"Dan jika kita berhasil melewatinya maka Allah akan mengangkat derajat Ketaqwaan kita satu tingkat menuju Rahmat_Nya". Insya Allah.... ^^

Iyup, ora popo, mbak yu.... blog ini terbuka untuk semua pendapat kok... mudah-mudahan pendapat-pendapat kita bisa saling melengkapi satu sama lain....

Masih ingat waktu bude menyuguhkan kita kopi tubruk + tempe goreng tepung?
Masya Allah... ingat gimana rasanya tempenya? Mungkin kalo di rumah kita itu sudah dibuang... Tapi beliau berusaha sekali memuliakan tamunya... Itu hal yang berkesan sekali disanubari ini (cie...)..
Jadi ingat buku "Tears Of Heaven", isinya tentang penduduk Palestina yang bersikap seperti Bude tadi. Ditengah kesusahan, mereka selalu gembira kalo ada yang berkunjung & memberikan apa yang terbaik menurut mereka.... T_T....
Perasaan tulus itulah yang harus kita tiru....

Siippp.... terimakasih banyak atas pendapatnya... ^^
keep writing..... chayoooooo......

Hijau Lumut mengatakan...

@ Engineer alias Meratus also known as Sulae

Nah gitu dong... ^^
Pemerintah juga manusia.... punya rasa punya hati.... (lho kok kayak lagu...).
Yup, I do understand, pak...
Pemerintah adalah TIM. Jadi punya banyak anggota untuk melaksanakan tugas. Dan tugas adalah kehormatan.

Sekarang saya nyoba narik "benang merah" antara pendapat Pak Insinyur dengan Ukhti Najwa bahwa :
Masalah kemiskinan ini sepertinya akan selalu ada. Bukankah Allah menciptakan segala sesuatunya berpasang-pasangan? Ga cuma manusia kan yang berpasang-pasangan...
Ada miskin ada kaya..
Ada malam ada siang, dan seterusnya yang ga bisa disebutin satu persatu.
Semuanya supaya terjadi keseimbangan satu sama lain...

Hmmmm....masalah kemiskinan ini memang bisa ditilik dari berbagai sisi, yaitu: sisi "Agama", "Pemerintahan", "Ekonomi", "Kesehatan", dan lain-lain. Pendapat kalian berdua adalah salah 2 daripadanya...

Nah, semoga aja ada Pemerintah yang baca nih... ^^v
Biar orang-orang seperti Bude bisa mendapatkan perhatian dan bantuan yang lebih dari sebelumnya....

Topik ini sebenarnya memang buat didiskusikan kok... makanya diposting.. Jadi, kalo yang lain ada pendapat, monggo..... Asal bisa saling menghormati yaaa... ^^v

Anonim mengatakan...

duh, jadi inget jaman aku KKN dulu..and to some extent, etuju Nin, KKN itu adalah salah satu jalan membuat kita bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini...

Posting Komentar